PENDIDIKAN YANG NATURAL, AGAR PEMBELAJARAN LEBIH OPTIMAL DAN MENGHINDARI PEMBELAJARAN KONVENSIONAL
Paradigma pendidikan natural di sekolah Semut-Semut, merupakan pilihan bagi Sekolah Semut-Semut dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Apakah itu makna pendidikan natural?
Secara terjemahan umum, pengertian kata natural adalah alamiah.
Dalam konteks sekolah, natural diartikan sebagai kata benda yang berarti suatu kelaziman atau kebiasaan.
Sebagai kata sifat, natural diartikan sebagai dasar atau wajar, misal pada kata natural right atau hak dasar, natural talent atau bakat dasar.
MAKNA PENDIDIKAN NATURAL
Makna pendidikan natural di Sekolah Semut-Semut, yang sering dijadikan ikon motto Semut-Semut, adalah sekolah yang mempresentasikan alam berwujud kebun sebagai lingkungan terdekat bagi anak.
Tidak hanya menyuguhkan alam sebagai fauna-flora, namun lebih sebagai sarana proses berbagai aktifitas pembelajaran yang mendasar, di mana anak-anak akan mencari, mengamati, menemukan, mendiskusikan, menyimpulkan, serta menyampaikan berbagai kemampuan, ketrampilan, dan menunjukkan sikap/perilaku.
Lingkungan yang natural juga memberikan pembelajaran secara nyata dan menyentuh langsung materi belajar (hands on learning), yang memungkinkan anak melakukan aktifitas belajar secara optimal.
Natural juga kami artikan sebagai bentuk pemberian stimulus pada anak secara wajar sesuai fitrah perkembangan usia anak, yang penuh dengan rasa ingin tahu dan keinginan ekplorasi, dengan mencermati perbedaan karakter unik tiap anak.
Proses pendidikan natural dapat menghindari bentuk pembelajaran konvensional serta pembelajaran yang mengakibatkan anak menjadi pasif dan guru menjadi dominan, serta menghindari mempelajari materi ajar secara abstrak.
Bagi anak-anak, pembelajaran secara natural sama pentingnya dengan bernafas, makan dan minum. Pastikan anak-anak mendapatkan apa yang mereka butuhkan.
TERJEMAHAN Pendekatan PENDIDIKAN NATURAL
- Mewujudkan ‘alam terkembang jadi Guru’
- Mengukuhkan pendidikan sebagai proses pembelajaran yang terus- menerus dan hakiki
- Menekankan wacana perkembangan manusia, bukan perkembangan akademik semata
- Menyeimbangkan ranah pengetahuan, ketrampilan, dan sikap
- Menggunakan program DAP (Developmentally Approriate Program)
- Pembelajaran yang tidak terkungkung hanya di dalam kelas
- Mengenal lebih dekat hewan, tumbuhan, dan lingkungan
- Mempelajari kekuatan ‘Nature Based Management’
- Proses pembelajaran sesuai minat dan kecerdasan
- Sesuai tahapan usia dan karakter
- Mencermati perbedaan gaya belajar
- Penggunaan bahan natural untuk mempelajari materi ajar
- Mempertahankan budaya dan tradisi bangsa
- Menghargai perbedaan
- Mengikuti perkembangan jaman.
PENDIDIKAN NATURAL DAN KURIKULUM NASIONAL
Sekolah publik saat ini menerapkan Kurikulum Nasional, yang terakhir adalah model kurikulum terpadu yang disebut Kurikulum 2013 (disingkat Kurtilas). Sebelumnya, diberlakukan kurikulum berbasis kompetensi siswa yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).
Nah, di Semut-Semut, kurikulum nasional tersebut diperkaya dengan proses pembelajaran natural.
Proses pembelajaran natural yaitu proses pendidikan yang memerdekakan, membahagiakan, mencerdaskan, membebaskan menggali potensi dan minat, menguatkan sikap melalui pengajaran dan keteladanan sesuai tahapan, belajar dari alam sekitar, mengakomodasi perbedaan, dan inklusif.
Pendekatan kurikulum nasional dengan pengayaan pada proses pembelajaran natural ini kami sebut sebagai pendidikan natural di sekolah Semut-Semut.
Pendekatan pada kurikulum nasional terakhir, telah menerapkan pendekatan pendidikan modern, yang lebih berfokus pada siswa, atau bersifat student oriented. Berorientasi pada kebutuhan siswa, gaya dan modalitas belajar siswa, serta menekankan pada suasana belajar yang kolaboratif dan menyenangkan.
Perlu diketahui, ada perbedaan paradigma antara pendidikan modern dan pendidikan era masa lalu/konvensional. Di masa lalu, masih berorientasi pada guru (teachers oriented) dengan guru sebagai sumber belajar.
Lihat: Perbandingan Paradigma dari Pengajaran menuju Pembelajaran
SEMUT-SEMUT SEKOLAH YANG HUMANIS
Pendekatan pendidikan natural di Sekolah Semut-Semut diharapkan memerdekakan proses berfikir anak dan guru, sehingga terjadi proses pembelajaran yang lebih efektif.
Memerdekakan proses berfikir, artinya terbuka ruang untuk belajar seluas-luasnya. Setiap orang di Semut-Semut diharapkan menjadi pembelajar, berani mengeksplorasi potensi diri, dengan tidak kuatir mendapat hukuman (baik fisik atau psikis) jika melakukan kesalahan atau tindakan. Terhadap anak yang melakukan kesalahan, diberikan dorongan penyadaran dan pembiasaan untuk memperbaiki diri.
Memerdekakan bermakna menerima kelebihan dan kekurangan setiap anak didik dan guru, sebab setiap anak adalah unik. Berbeda potensi dan kebutuhan masing-masing.
Semut-Semut adalah sekolah inklusif yang humanis.
Sekolah yang Humanis yaitu bersikap egaliter dan demokratis.
Egaliter maknanya menerima dan memperlakukan setiap anak (juga guru dan orangtua siswa, dan siswa berkebutuhan khusus) sebagai pembelajar, tanpa membedakan kelebihan dan kekurangannya. Setiap kita diterima dengan hangat sebagai bagian keluarga besar Semut-Semut pembelajar, dan diperlakukan setara dengan orang lain.
Demokratis, artinya ada ruang kebebasan untuk berfikir dan berperilaku, meski tetap berpanduan pada tata aturan dalam komunitas sekolah Semut-Semut. Kuasa pengetahuan tidak berada pada satu atau sekelompok orang, tapi setiap orang dapat saling belajar satu sama lain. Termasuk para orangtua, diharapkan dapat belajar tentang pola asuh yang lebih sesuai kebutuhan anak.
Demokratis juga bermakna, terdapat kesempatan setiap warga sekolah –guru, siswa, dan orangtua- untuk mengeksplorasi gagasan dan ide-ide, serta berekspresi dalam ruang (mimbar) akademik.
Sebagai sekolah inklusif dengan lingkungan alam yang nyaman, dan dengan paradigma pendidikan natural di sekolah Semut-Semut, ini diyakini merupakan pendekatan efektif pada proses tumbuh kembang anak.