FEEDBACK UNTUK GURU, JANGAN DISEPELEKAN
Kesal kan, kalau merasa telah mengajar baik, tapi dinilai kurang.
Atasan (kordinator level, ketua MGMP, Kepala Sekolah, principal, atau Direktur Yayasan) yang memberi nilai rendah.
Ini pasti gegara pembisik yang nggak suka, begitu gerutu hati.
Feedback atau penilaian kinerja yang bersifat fair, adil, objektif, itu yang diinginkan.
Kalau bagus, akan berlanjut dengan promosi, naik golongan/jabatan, berujung insentif dan naik gaji.
Penilaian tidak adil bikin kasak-kusuk, malas kerja, saling sikut demi peluang dan dukungan pimpinan.
BAYANGKAN KALAU TIDAK ADA FEEDBACK
Seorang guru dinilai dari kinerjanya -apakah sudah bertugas sesuai jobdesk?
Antara lain, mempersiapkan rencana pembelajaran, mengajar di kelas, evaluasi siswa, kerjasama dengan tim guru dan MGMP, serta tugas administratif lain (silabus) kalau ada.
Semua jobdesk itu mestinya sudah ada, disusun oleh manajemen sekolah/yayasan, dan tentu menyiratkan proses dan hasil belajar sesuai visi misi sekolah.
Tidak boleh sesuka gaya maunya mengajar, baik cara, proses maupun value nya.
Guru yang jelek, umumnya mengajar tanpa persiapan, cara mengajar tidak kreatif belum sesuai pola yang disepakati, kurang komunikatif dengan kolega/atasan, kurang disiplin, telat melulu menyerahkan laporan.
Sementara guru yang cakap mengajar, kelihatan selalu siap saat mengajar, kreatif dalam menggunakan media belajar, trampil menangani dan mengevaluasiIa juga menyiapkan materi ajar yang dapat memfasilitasi kebutuhan siswa, dan bisa memotivasi siswa untuk memahami materi ajar, sehingga hasil evaluasi belajar anak cukup baik atau bahkan tinggi. Singkatnya, terkoordinasi baik dengan program kurikulum sekolah secara keseluruhan.
Perkembangan seorang guru, tentu harus dicermati, jangan disepelekan.
Untuk itu, seorang guru amat perlu akan umpan balik, feedback, penilaian kinerja, sehingga akan dapat terus meningkatkan kemampuan atau profesionalisme mengajar.
Penilaian kinerja/feedback guru juga dibutuhkan institusi sekolah, terkait pengembangan SDM guru seperti promosi pengisian jabatan.
Dengan penilaian kinerja yang terarah, guru jadi berkembang makin profesional.
Guru-guru yang berkinerja bagus, membuahkan tim guru yang bagus, dan pertanda keberhasilan kepala sekolah memimpin.
Mutu sekolah terjaga, kepercayaan masyarakat terus diperoleh, dan dalam jangka panjang akan membuat sekolah (terutama swasta) unggul dan bertahan.
Sekolah tanpa mekanisme penilaian kinerja, bakal keliru menempatkan orang.
SD Semut-Semut telah membuat proses penilaian melalui RKP -Rencana Kerja Pribadi, yang disusun oleh guru sendiri, dan dinilai atasan per-3 bulan. Dan ingin ditingkatkan lagi dengan pembuatan mekanisme penilaian kinerja/feedback.
BAGUS KATAKAN BAGUS, JELEK KATAKAN JELEK
Yang diberikan umpan balik adalah kinerja/hasil kerja/performance
Bukan menilai orang, melihatu orangnya, atau sikap orang, tapi hasil kerja atau kinerja.
Meski pun tidak suka pada orang-nya, kalau kerja nya bagus, harus dibilang bagus.
Untuk menilai hasil kerja, harus ada standarnya.
Standar itu terbuka, tiap orang akan tahu apa yang dinilai.
Kalau ukurannya kualitatif, misal, kinerja disebutkan sebagai payah, lumayan, agak bagus, bagus sekali, ini akan menyulitkan, karena subjektif.
Penilaian kinerja, atau feedback, bisa diberikan dari berbagai arah. Sejajar, dari teman kolega satu kelas. Vertikal, dari koordinator level, koordinator guru mata pelajaran (MGMP), hingga atasan jauh seperti kepala sekolah. Bisa juga arah lain, orang luar.
Bawahan menilai kepemipinan kita, atasan menilai kinerja kita, sesama teman menilai kerjasama, sedangkan orang luar menilai dari sisi compliment dan complain.
Tapi, jangan menilai suka-suka, berdasar selera, perasaan tidak suka, atau rasa sungkan.
Katakan kurang atau jelek, meski yang dinilai guru senior yang sudah bertahun mengajar dan baik dalam komunikasi dengan penilai.
DAPATKAN FEEDBACK DIBERIKAN SECARA MENYENANGKAN?
Tentu!
Di sini maksudnya bukan sambil bergurau, atau asal-asalan agar teman senang.
Menyenangkan jika cara dan ukuran penilain kinerja telah diketahui dan disepakati bersama, terasakan fair, adil, dan menyenangkan .
Menyenangkan di sini, bermakna penilaian harus objektif, yaitu ,
- Telah dibuat jelas hal yang akan dinilai, dan tertulis terinci sebagai standar
- pembobotannya dibuat dalam angka (kuantitatif), bukan kualitatif, misal angka 1-4, kinerja terendah 1, kinerja terbaik 4
- standar penilaian telah disosialisikan dan disetujui oleh para guru dan manajemen
- bila perlu, diujicobakan terbatas untuk beberapa guru di level berbeda
- dibuatkan format atau form/template penilaian, agar ada keseragaman dan memudahkan dalam penarikan data
Bila penilaian telah terstandar, maka siapa pun yang akan menilai, meski waktu berbeda, maka hasilnya tak berbeda sebab syarat atau standar penilaiannya telah jelas tertentu.
Jadi, penilai tidak akan bisa subjektif, yang kadang bikin jengkel dan kesal itu.
Menurut pembicara Dr. Ahmad Setyo Hadi, pengajar manajemen HRD dari Universitas Prasetya Mulya, menjadi guru adalah pekerjaan yang sangat terhormat, professional dan berintegritas, memiliki etos kerja yang baik, dan karenanya pun perlu diseleksi dan dikembangkan dengan baik. Materi Feedback ini disampaikannya dalam pelatihan internal bagi level manajemen guru dan staf SD Semut-Semut dan SMP INS, Sabtu 12 Februari 2022.
Feed back sebaiknya diberikan setahun 2 kali (per-semester) atau setidaknya setahun sekali. Penilaian per 3 bulan kuatir malah merepotkan yang dinilai dan penilai.
MEMPERSIAPKAN MEKANISME FEEDBACK
Sebelumnya perhatikan dahulu,
- Apakah sudah ada jobdesk (tugas dan tanggungjawab) bagi guru?
- Apakah guru sudah mengetahui tugas dan tanggungjawabnya itu dengan jelas?
- Apakah sudah ada standar penilaian kinerja guru?
- Apakah standar itu masih bersifat kualitatif? Jika masih kualitatif, maka harus diubah menjadi kuantitatif
- Apakah hal yang dinilai itu sudah lengkap? Kalau kurang perlu ditambahkan, setelah mendapat masukan/ujicoba
- Adakah standar itu sudah dibuatkan dalam bentuk format penilaian (template)? Tujuannya, agar tiap laporan seragam, dan mudah diperiksa
- Apakah telah tersosialisasikan dan semua sudah paham detail penilaiannya?
Memang pekerjaan menyusun form penilaian kinerja /feedback membutuhkan konsentrasi dan waktu.
Namun, demi peningkatan mutu SDM sekolah, tentu sebaiknya disiapkan.
Guru yang ditemukan berkinerja rendah, segera dapat menjalani counseling dan mentoring, agar dapat meningkatkan diri. (Kalau tidak bisa berubah, ya terpaksa disudahi pengabdiannya, makin cepat makin baik).
Pandemi masih berlanjut, sekolah masuk era digital, dan menuntut manajemen makin baik.
Penilaian kinerja guru jangan disepelekan.
Kini saatnya meningkatkan standar pengelolaan sekolah.
Standarisasi ini sesuatu yang akan berharga manakala melayani pihak ketiga seperti pemerintah (semisal akreditasi dan menerima hibah).
/Indrawan Miga